Rabu, 14 Januari 2015

BPJS, BPJS, BPJS dan BPJS

Kamis, 8 Januari 2015 hari yang sangat mengesalkan dan menyebalkan!!!

Hari itu adalah hari menebus obat untuk mama saya, karena control berikutnya tanggal 6 February 2015 jadi hanya saya sendiri yang menjalani proses penebusannya.


Yep, tiba di askes point jam 8.30 agak sedikit aneh, karena biasanya penuh sesak oleh antrian pasien cuman saya pikir mungkin karena saya datangnya kesiangan jadinya agak sepi.

Dengan sigap dan pastinya kaki ini melangkah ke bagian legalisir untuk minta slip print-an putih, kuning, merah seperti biasanya kalau hendak menebus obat. Didepan meja CS sudah ada kakek-kakek yang agak dilayanin kurang enak sepenglihatan saya, si kakek nanya dengan pelan tetapi petugas tersebut bilang dengan tegas “Obat tidak bisa diberikan kalau tidak ada rujukan BPJS provinsi, bapak urus dulu itu surat kalau sudah ada bapak balik lagi kesini!” dengan nada tinggi seolah-olah bicara dengan teman seumuran.

Dibenak saya langsung berpikir BPJS Provinsi adakah prosedur  baru lagi yang belum saya tahu ??  seketika hati ini berasa ngga enak.

Tiba giliran saya dengan petugas yang sama dengan sigap saya berikan kelengkapan dokumen  seperti prosedur yang sudah-sudah kartu askes, kartu RM, rujukan puskesmas dan copy resep yang sudah dilegalisir oleh Askes Point. Dengan nada sinis petugas itu bilang “ mana rujukan provinsinya ?” saya bilang “surat apaan itu ? emang ada prosedur baru lagi ?” lalu dia mencoret “ini rujukannya puskemas Bogor jadi harus ada surat rujukan juga dari BPJS provinsi!”
Saya bilang lagi “sejak kapan peraturannya ? kok saya ngga tahu ? itu cuman nebus obat doang loh dan udah dilegalisir disini bulan kemarin, masa ga bisa ??”
Petugas tersebut beranjak dari bangkunya menuju kedalam sambal teriak ke salah satu temannya  “emangnya kamu bulan kemarin ngga kasi tahu ? banyak orang pada ngga bawa rujukan provinsi “ eitsss kagak sopan banget nih orang pikir saya.. dengan bersungut-sungut dia kembali ke kursinya bilang “ngga bisa! teman saya sudah informasikan bulan kemarin!! “ (dan karena bulan kemarin kakak saya yang mengantar mama jadi saya speechless takutnya memang sudah diinformasikan)
Kembali saya ke tempat duduk untuk menunggu dan menanyakan ke kakak saya apakah benar sudah diinformasikan atau belum, ternyata menurut beliau ngga dikasi informasi apa-apa.

Balik lagilah saya ke petugas yang tadi, saya bilang kakak saya ga diinformasikan apa-apa bulan kemarin, dia bilang “pasti sudah dibilangin dan dipapan juga ada”. Terus saya bilang dengan penuh harap sekali lagi “apa ini ngga bisa dibantu ? ini cuman nebus obat doang loh?” dengan sinisnya dia bilang “ itu bulan kemarin sudah dibantu harusnya ngga bisa berobat, kalau dibantu terus mau sampai kapan?”
Kampreeettt nih orang, saya bilang lagi “emang udah disosialsasikan prosedur barunya ?” petugas itu hanya bilang “ Mba balik lagi aja kesini kalau udah punya rujukan BPJS provinsinya, baru bisa ambil obat peraturannya emang begitu!”

Akhirnya saya memutuskan menanyakan ke petugas yang beda, saya ngga mau berhenti sama si petugas ga komunikatif kayak gitu. Kali ini petugas pria yang saya tanyakan, beliau bilang “iya Mba memang ada prosedur baru, kita disini hanya menjalani tugas saja, jadi Mba ke BPJS Bogor dan minta rujukan provinsinya dengan menunjukan copy resep dan jadwal control”
Nahhh coba kalau dari awal penjelasannya baik-baik kayak gini kan penangkapannya juga beda.
Ok deh pak kalau begitu saya urus dulu BPJS provinsinya, tapi bener loh BPJS ini ngga ada sosialisasi apa-apa untuk prosedur baru ini.

Kembali saya duduk menenangkan hati disamping saya ada seorang Ibu-ibu menyapa saya “kenapa dik ?” saya ceritakan duduk permasalahannya diluar dugaan si Ibu itu bercerita kalau BPJS itu punya peraturan dan syarat yang berlaku. Dia sangat paham karena anaknya dirawat karena kena kanker darah sudah 8 tahun jadi beliau sangat tahu prosedur baru dan prosedur lama. Dari pembicaraan selama kurang lebih 45 menit ada hal baru yang saya tangkap :
  1.  Dokter dan RS sebenarnya merasa pro dan kontra dengan system BPJS, jadi kalau misalnya anda menggunakan BPJS kelas 3 maka biaya per sekali masuk hanya dibatasi sebanyak Rp. 20jt jadi kalau sudah melebihi biaya tersebut maka dengan sangat terpaksa dokter harus memberikan izin keluar karena sudah tidak ada yang mau mengcover biaya-biaya tersebut jadi ngakalinnya setelah keluar, keesokan hari masuk lagi dari IGD jadi plafond sudah pulih kembali ke Rp. 20jt.
  2. Untuk rawat dengan BPJS tidak semua RS menerima pasien BPJS karena banyak clausa nya misalnya panas harus minimal 39 derajat trombosit harus dibawah 100.000 kalau tidak memenuhi syarat itu ya harus rawat jalan saja.
  3.  Apabila pada saat masuk iuran BPJS belum dibayar maka RS berhak untuk menolak atau memerintahkan untuk membayar dahulu.
Ada beberapa hal lagi yang beliau bicarakan tetapi secara garis besar 3 hal tersebut yang saya tangkap intisarinya semoga hal yang beliau sampaikan tidak benar. Andai prosedur penerimaan pasien BPJS juga disosialisasikan would be nice yah.....  


Life if so unfair when we’re talking about BPJS….

BPJS kita itu membayar tetapi kenapa birokrasinya semakin kesini semakin dipersulit dengan meminta rujukan dari puskesmas saja kita sudah merasa diberatkan apalagi harus nambah prosedur BPJS provinsi. Saya membayangkan kalau saya kerja dikantoran pada umumnya untuk urusan control seperti ini aja  harus membuang waktu 2 hari untuk izin ngurus adminnya BPJS, haruskah dipersulit ???

Seandainya dipersulit OK gapapa dipersulit karena ngga ada pilihan lain kan selain ngikutin tu prosedur, tapi disosialisasikan dahulu dong, SMS, email, iklan atau selebaran via RT atau apalah jadi ngga buang-buang waktu hanya untuk admin things.

Kembali ke BPJS Provinsi, akhirnya mama saya memutuskan untuk menebus obatnya sendiri untuk satu bulan karena antrian di BPJS Bogor sangat penuh, akan saya urus bulan depan pada saat control.

Sangat berharap BPJS tidak ribet dan menyusahkan orang yang mengurusnya, dan saya paham sekali mama saya memutuskan untuk menebus obatnya sendiri karena beliau tidak mau membebani anak-anaknya…. Kasian kan pasien jadi merasa beban moril, udah sakit mikir ngga enak karena ngurusin adminnya ribet ( walau saya sangat iklhas mengurus seribet apapun untuk mama saya)

Ada yang bilang BPJS sudah OK, tapi fakta yang saya hadapi sendiri dilapangan kok ngga OK?? sabar Rina sabar.... semoga hanya saya yang merasakan hal seperti ini, tapi shock juga dengan pengalaman si Ibu tadi ternyata dibalik prosedur ada prosedur lain. yah semuanya hanya mengikuti prosedur yang ada, jadi nyalahin siapa dunk nih.. kan paling enak kalau ada yang bisa disalahin dan disuru bertanggung jawab.

Oohhhh Mum…. Semoga mama sehat dan panjang umur ya Mam… (Aamiin YRA)

Love you so Mum!

Saya berharap dan berdoa semoga kita semua diberikan kesehatan dan kebahagiaan selalu, sakit memang bukan pilihan tapi kita bisa menjaga kesehatan kita dengan pola hidup sehat dan mengawasi konsumsi makanan yang kita makan. Be smart friends……



Tidak ada komentar:

Posting Komentar