Selasa, 24 Februari 2015

Pentingnya Membuat Rencana

Friends, pernah ngga merasa banyak kerjaan tetapi bingung ngapain...??

Ya, itu yang saya hadapi sekarang, saya sadar betul banyak pending kerjaan tetapi bingung memulai dari mana, akhirnya saya tulis semua pending kerjaan yang saya miliki lalu saya tuliskan angka disamping setiap pendingan dan saya kerjakan satu persatu sesuai dengan urutan yang saya berikan.


Ternyata hal itu mempermudah setiap hal yang kita anggap sepele atau bahkan sulit sekalipun. 

Minggu yang lalu saya sempat membaca artikel bahwa Warren Buffet bapaknya para investor terutama saham addict pasti tahu siapa beliau. Beliau memiliki karyawan yang cukup lama bekerja dengannya dan menanyakan kenapa masih bekerja dengan beliau apakah tidak ada keinginan yang ingin dicapai? dan beliau menambahkan dengan kau masih bekerja dengan saya menandakan saya orang yang tidak berhasil. 

Dengan berbagai alasan klise seperti tidak punya waktu, tidak punya kemampuan, tidak punya modal Mr. Warren bilang kepada karyawannya tersebut untuk menuliskan 25 macam ide atau rencana yang dia miliki, lalu dengan serta merta sang karyawan tersebut menuliskan apa yang ingin dia capai setelah selesai Mr. Warren membaca dengan seksama dan mengatakan untuk memilih lima saja yang diprioritaskan.

Agak lama dalam memilih, akhirnya berhasil memilih 5 prioritas utamannya.

Tidak cukup sampai disitu, Mr. Warren menyuruh untuk membuat rencana dalam pencapaian prioritasnya.

Pada saat proses pembuatan rencana tersebut ternyata sang karyawan tersebut memiliki banyak ide yang ingin diterapkan dan bulan berikutnya karyawan tersebut memutuskan untuk pensiun dini, dan disaat itulah Mr. Warren merasa berhasil memberikan support dan motivasi bagi karyawannya.

Entah kenapa artikel itu sangat membekas dikepala saya, rasanya simple dan kita selalu melecehkan apa yang ada dibenak kita sampai akhirnya kita tulis dan kita kerjakan ternyata membawa hasil yang belum kita bayangkan sebelumnya.

Saya tarik kesimpulan, bahwa apapun yang ada dibenak kita selalu tuliskan dan buat rencana.

Well, sambil menulis artikel inipun saya sudah memiliki ide briliant bagi saya.... saya catat dahulu diagenda saya ya, takut idenya kabur lagi... :D

Jadi .... mari kita wujudkan apa yang ingin kita capai, fokus pada 5 hal yang sangat kita inginkan, kenapa tidak 1 biar fokus??? menurut saya satu keinginan terlalu sedikit mungkin juga bagi Bapak Saham sedunia itu ya...


Salam motivasi virtual.... ;)




Kamis, 12 Februari 2015

Pasien BPJS Rujuk Balik (PRB) Bagian 2

Dengan perasaan khawatir di tektok lagi, saya ceritakan kronologis perjalanan saya untuk meminta rujukan dari hari Selasa dan saya tekankan kalau saya sudah tidak punya waktu untuk ditektok lagi, besok adalah jadwal kontrol Mama saya, kalau besok tidak kontrol saya ngga tau lagi harus bagaimana.

Dokter tersebut kelihatan kebingungan juga dengan apa yang saya ceritakan dan menanyakan ke bagian admin untuk menelepon BPJS pusat, dan hasilnya adalah kontrol seperti biasa dengan menunjukan Rujukan BPJS provinsi dan jadwal saja sudah cukup, ngga perlu rujukan dari Puskesmas karena memang tidak bisa mengeluarkan secara prosedur yang baru.

Untuk meyakin besok saya tidak menemui masalah karena tidak membawa surat rujukan, saya minta Puskesmas untuk mengeluarkan surat atau apalah yang menyatakan kalau dari Puskesmas memng tidang bisa mengeluarkan surat rujukan, akhirnya keluarlah memo dari dokter yang menyatakan tidak bisa mengeluarkan surat rujukan karena pasien tidak dapat melampirkan surat perintah kontrol dari RS. Fatmawati distempel dan di tandatangani oleh dokter.

Sudah cukup valid menurut saya.

Tanggal 06 Februari 2015 subuh saya dan Mama sudah berangkat menuju RS Fatmawati sambil berdoa semoga tidak ada masalah dengan rujukan puskesmas.

Langsung menuju Askes Point, saya sudah mendapatkan antrian dan tidak ditanyakan rujukan dari puskesmas, dalam hati saya waahh kemajuan nih, berarti kalau kontrol memang sudah tidak diperlukan lagi rujukan dari Puskesmas, BPJS makin oke aja nih...

Tapi eeeittsss tunggu duluuuuuu...............

Pada saat Mama saya ketemu Dokter Jantung, dokter tersebut menanyakan rujukan dari Puskemas haduuhh gubraaaakk ternyata masih diperlukan toh.... haduuhh batal deh tuh bilang BPJS makin oke....

saya bilang ngga ada dokter rujukannya ngga dikasi oleh Puskesmas, Perawat yang ada bilang "Ngga mungkin ngga ada dong Mba, bisa sampai sini pakai apa...?" lalu saya keluarkan surat memo dari dokter Puskesmas, dan lalu dokternya bilang ditujuk balik aja... sambil menyerahkan memo dan ngga lama memo tersebut distempel "dirujuk balik"

karena ada hal yang saya belum mengerti saya tanya "maksudnya gimana dok rujuk balik ?"

kata dokternya "Ngga usah kesini lagi "

"Maksudnya Mama saya ngga usah kontrol lagi ?"

dokter menjawab "Iya, sudah dirujuk balik ?"

"Jadi Mama saya ngga perlu ke kontrol atau minum obat lagi ?" setengah ngga percaya karena yang saya tahu penyakit jantung harus kontrol seumur hidup.

Dokter menjawab setengah emosi "Balik lagi kesini kalau ada keluhan aja"

hmmm oke, saya anggap itu adalah jawaban mama saya tidak perlu kontrol lagi dan hanya menghabiskan obat yang tersisa saja.

Dengan senang dan semangat saya ke Farmasi dan update status "Alhamdulillah Mama sudah tidak perlu kontrol lagi" saya ikhlas deh tiga hari kemarin diribetin ama urusan BPJS dan rujukan yang penting mama saya ngga perlu kontrol lagi.

Begitupun kakak saya, beliau sangat antusias dengan statment balik kalau ada keluhan saja.

Keesokan harinya, saya iseng googling BPJS Rujuk Balik dan walaaaaaaaaaaaaaaahhhh angin segar hanya buntuk beberapa jam saja....
disana tertera bahwa pasien rujuk balik harus berobat seperti biasa hanya saja di kontrol oleh dokter faskes tingkat pertama jika terdapat hal yang tidak normal maka wajib untuk si dokter memberikan rujukan ke RSUD.

Alamaaaak jadi saya salah persepsi mengenai Rujuk Balik, jadi Mama saya tetep harus minum obat hanya saja obatnya nanti diberikan dari Puskesmas.

Coba yah kalau saya ngga penasaran bagaimana nasib mama saya, secara dah yakin banget tuh ama statement "balik kalau ada keluhan aja"

Coba yah BPJS sosialisasinya.......... BPJS Provinsi alur dan prosedurnya dibuat se-transparant mungkin, apa itu Rujuk Balik secara dokter yang udah kawakan apalagi melayani pasien BPJS itu hemaaaat banget kalau ngomong harus dipancing walau kita sebagai pasien atau keluarga pasien tau betul beliau mengemban tugas mulia dengan segambreng pasien tiap harinya, wajar...wajar kok jadi hemat suara.

Berharap BPJS lebih memperhatikan sosialisasi, iklan kek, SMS kek, buat newsletter via RT/RW apalah pokoknya informasi bisa sampai ke pengguna.

Cukup saya yang dikerjain ama urusan rujukan tanpa tahu apa itu surat perintah kontrol yang diminta faskes tingkat pertama.

Semoga kita semua diberkahi kesehatan dan kesabaran yang luas...

Aamiin YRA


NB : saya baca spanduk YLKI menampung kritik mengenai BPJS, membuat saya yakin kalau BPJS akan menjadi semakin baik dan baik lagi.



Rabu, 11 Februari 2015

Pasien BPJS Rujuk Balik (PRB) Bagian 1

BPJS, BPJS, BPJS, BPJS, BPJS ( Bikin Pasien Jadi Susah, Bikin Penunggu Jadi Susah, Bikin Peraturan baru Jarang Sosialisasi, Bikin Pagi antri Jelang Sore baru selesai etc....)

Minggu kemarin adalah minggu yang menyita waktu untuk prosedur admin BPJS, bagaimana tidak menyita waktu disaat kerjaan tiba-tiba menumpuk rencana export dimajukan seminggu dan import berjalan diminggu yang sama, tambah lagi urusan dengan BPJS seperti lingkaran setan yang mbulet.com rasanya hampir ingin bunuh diri... (hiperbola dikit ya.. hehehe)

Berawal dari Rumah Sakit Fatmawati meminta rujukan BPJS Provinsi dibulan kemarin, karena mama saya sudah menebus obat jantungnya secara mandiri maka barulah diurus bulan ini tepatnya tanggal 3 Februri 2014, saya dan mama datang ke Puskesmas dekat rumah saya disana seperti biasa ambil antrian, timbang badan, tensi dan antri dokter.

Tibalah gilirannya mama saya bertemu dengan dokter di puskesmas tersebut
"Ada keluhan apa bu.........?" tanya sang dokter dengan ramahnya.
saya bilang mau minta rujukan untuk control mama saya (sambil mengeluarkan bukti rujukan asli sebelumnya dan jadwal kontrol mama saya tertanggal 06 Februari 2015)
Dokter bilang "berdasarkan peraturan BPJS terbaru per tanggal 01 Januari 2015 saya tidak bisa mengeluarkan rujukan Bu, Ibu harus ke BPJS Bogor untuk meminta rujukan provinsi,tinggal tunjukin rujukan asli ini dan jadwal kontrol setelah mendapatkan surat itu Ibu balik kesini nanti saya buatkan rujukannya.

Cukup dimengerti dan bagi saya sudah cukup clear dong..

Akhirnya kami langsung ke BPJS Bogor disana sudah banyak antrian sampai ke pelataran parkir, tapi Alhamdulillah masih mendapatkan nomor antrian 35 dari jatah yang dikeluarkan perhari sebanyak 40. Kami menunggu dengan sabarnya sampai akhirnya sudah kami terima tu surat yang berjudul Rujukan BPJS Provinsi dalam hati saya bersyukur Alhamdulilah lancar,

Waktu sudah menunjuk jam 01.03 kami menunda makan siang kami dan  bersegeralah kami ke Puskesmas, setibanya di Puskesmas ternyata sudah tidak dilayani disuruh kembali lagi besok karena pelayanan hanya sampai jam 12.00 dan dokternya pun sudah pulang.

Menghindari ketidakjelasan informasi saya tanya, "besok saya harus bawa mama saya untuk ditensi dan ditimbang lagi ? atau cukup saya saja yang datang ?" petugas mengatakan kalau saya harus bersama mama saya mengulang prosedur yang sama seperti hari ini.

Keesokan hari tanggal 04 Februari 2015 saya bersama mama saya tiba di Puskesmas dan mengulang ritual yang sama, ambil antrian, tensi, timbang dan menunggu dokter.

Tiba giliran mama saya pada saat itu dokternya berbeda dengan yang kemarin, saya berikan surat BPJS provinsi, rujukan asli dan jadwal dokter dari RS Fatmawati lalu dokter tersebut memeriksa dengan seksama dan bertanya "surat perintah kontrolnya mana ?" saya bilang "Tidak ada Dok, memang tidak diberikan oleh RS Fatmawati biasanya juga ngga ditanyain surat itu"

Dengan sabarnya beliau menerangkan bahwa untuk mengeluarkan rujukan harus ada surat perintah kontrol dari dokter spesialis di cap dan di tandatangani, tanpa surat itu tidak bisa mengeluarkan rujukan, Seandainya saya bisa mengeluarkan rujukan jika keadaan pasien gawat darurat dan tidak bisa ditangani disini baru bisa mengeluarkan rujukan, seandainya saya keluarkan surat rujukan juga tidak bisa langsung ke Fatmawati tetapi harus ke RSUD terdekat yaitu RSUD Cibinong atau PMI.

Dengan setengah putus asa saya bertanya, saya harus bagaimana dokter...? mama saya harus kontrol hari Jumat ini, lalu dokter tersbut menuliskan diamplop BPJS kalau saya harus kembali ke RS Fatmawati untuk meminta validasi ke BPJS di Fatmawati yaitu stempel BPJS dan paraf petugas di jadwal kontrol mama saya dan kembali lagi kesini.

OK, saya ingin mama saya tetap kontrol dan sehat, saya langsung ngacir ke RS. Fatmawati langsung ke Askes Point, saya ceritakan duduk permasalahannya sang petugas kebingungan dan hanya menuruti apa yang dokter puskesmas minta, stempel dan paraf, itupun sambil menggerutu "ribet banget sih.... sebenarnya hal ini ditanyakan langsung aja ke Poli, bukan urusan sini, kan udah ada jadwal kontrol" saya hanya diam males ngomentari apa-apa karena sadar diri ngga bakalan ada pengaruhnya selain membuang energi.

Untuk lebih meyakinkan saya pastikan lagi ke bagian Poli Jantung dan menceritakan hal yang sama seperti  ke petugas Askes, jawabnya hanya simple "Kalau mengenai itu Mba tanyakan langsung aja ke askes point didepan" hadeuhhh tektok euy...

Ok lah saya pikir cukup yang penting apa yang diminta dokter puskesmas sudah saya dapatkan.

Keesokan harinya tanggal 05 Februari 2015 sehari sebelum mama kontrol dan harus dapat itu yang namanya rujukan kalau tidak gimana nasib kontrol mama saya....

Dengan ritual yang sama, ambil nomor antrian, tensi, timbang dan nunggu dokter, dan kali ini dokternya berbeda lagi.... walaaaahhhh dapat apa ngga nih rujukan....

Penasaran.....? klik disini